OPINI - Perjalanan rakyat menuju Jakarta International Stadium (JIS) pada tanggal 10 Februari 2024 untuk menghadiri kampanye akbar pasangan Anies-Muhaimin merupakan jalan untuk menyongsong perubahan bagi bangsa Indonesia.
Rakyat yang datang dari berbagai pelosok Indonesia untuk menghadiri kampanye di hari terakhir pasangan AMIN membawa pesan khusus yang menyatakan bahwa "kami sudah muak dengan ketidakadilan, kami menuntut perubahan! ".
Baca juga:
Tony Rosyid: Pemilu Ditunda? No Way!
|
Walaupun JIS masih berada di sekitar jantung kota Jakarta, perjalana untuk mencapai JIS sudah dimulai sejak tanggal 19 Oktober 2023, yaitu semasa Anies Rasyid Baswedan ditakdirkan untuk bertarung menuju kursi RI satu. Perjalanan panjang yang seharusnya mulus ternyata banyak rintangan untuk mencapai JIS. Rakyat pengusung perubahan dihadapkan pada berbagai kendala, yang memang sengaja untuk menggagalkan agenda perubahan rakyat Indonesia.
Harapan perubahan sebenarnya sudah tercetus sejak awal era reformasi. Harapan untuk mewujudkan demokrasi di bumi Indonesia tumbuh dari pengalaman rakyat di zaman pemerintahan orde Baru, yaitu pemerintahan tangan besi yang membelenggu rakyat untuk bebas mengekspresikan aspirasi politiknya. Demokrasi diharapkan tumbuh subur seiring dengan lahirnya era reformasi. Pemilihan presiden langsung oleh rakyat diselenggarakan untuk pertama kalinya pada Pemilu tahun 2004.
Presiden terpilih waktu itu, Susilo Bambang Yodoyono (SBY) menjanjikan berbagai perubahan kepada rakyat Indonesia. Di saat pemerintahan SBY, tidak banyak perubahan terjadi. Ketimpangan sosial masih mendominasi kehidupan rakyat. Bahkan skandal demi skandal terungkap pada era ini. Di era ini pula pemerintahan SBY dikenal dengan pemerintahan "auto pilot", karena SBY terlalu "malu" untuk mengambil resiko demi perubahan.
Terpilihnya Joko Widodo (Jokowi) sebagai presiden selama dua periode berturut-turut memperparah kondisi bangsa. Disamping tergerusnya demokrasi, jurang kaya dan miskin makin melebar. Pengangguran meningkat, sejalan dengan kenaikan harga bahan pokok. Cengkeraman oligarki makin dalam. Penyalahgunaan kekuasaan makin merajalela. Bahkan moral dan etika yang menyimpang dihalalkan melalui rekayasa hukum.
Kerinduan rakyat akan perubahan makin membara. Tuntutan keadilan, kesejahteraan dan kesamarataan makin kuat didengungkan. Kesabaran rakyat seakan-akan diuji oleh Tuhan. Seberapa jauh toleransi rakyat menghadapi ketidakadilan dan kezoliman rezim Jokowi?
Tuhan tidak tidur, benar sekali kalimat ini. Keberadaan Anies dan Muhaimin ditengah percaturan politik Indonesia seolah Tuhan memberikan "imbalan" atas kesabaran rakyat. Kedua pasangan ini seolah "hadiah langit" kepada bangsa Indonesia. Perubahan merupakan agenda mereka. Namun, sebuah perjuangan pasti ada harganya.
Penjegalan demi penjegalan diagendakan oleh rezim berkuasa. Tapi tangan Tuhan bermain pada setiap upaya penjegalan. Lambat tapi pasti, borok rezim berkuasa diungkap, sehingga menimbulkan simpati kepada gerakan perubahan.
Perjuangan menuju perubahan akan mencapai tujuannya. Halte terakhir untuk perjuangan ini adalah Jakarta International Stadium, sebelum rakyat meresmikan pilihan mereka. Perjalanan menuju JIS bukannya tanpa rintangan. Tapi rakyat sangat percaya kepada Anies-Muhaimin sebagai pembawa perubahan.
Pesan terakhir untuk menyongsong perubahan disampaikan. Hati rakyat mantap untuk Indonesia yang berubah. Mari kita sambut Indonesia yang lebih adil, makmur dan merata, insya Allah...
Sentul City, 13 Februari 2024
Dr. Rino A. Sa'danoer
(Sekjen Badan Pemenangan Anies-Muhaimin)